Oleh : Asyari Usman*
Akhirnya, semua orang panik. Termasuk Butet Kertaredjasa –seniman yang selama ini dipandang berkelas. Butet semestinya tidak “cawe-cawe” soal pilpres 2024. Tapi, itulah yang terjadi.
Butet membacakan puisinya di acara Bulan Bung Karno di stadion GBK, Jakarta pusat, 24 Juni 2023 kemarin. Yang ia bacakan itu lebih tepat disebut sebagai puisi kepanikan.
Butet panik melihat dukungan yang sangat kuat dari rakyat kepada Anies Baswedan untuk memimpin Indonesia. Karena itu, dia merasa perlu merendahkan bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
“Pepes ikan dengan sambel terong,
Semakin nikmat tambah dengan empal,
Orangnya diteropong KPK karena nyolong,
Eh lha, kok koar-koar mau dijegal.”
Begitu bunyi puisi Butet. Mudah ditebak siapa yang dia maksud. Tak lain yang disinggung adalah dugaan korupsi Formula E yang dipaksakan oleh Ketua KPK Firli Bahuri terhadap Anies.
Butet juga menyentil Prabowo Subianto yang didukung oleh Jokowi. Tentang Prabowo, malah lebih menonjok lagi. Dan ini adalah jejak masa lalu Prabowo yang sangat sensitif bagi mantan Danjen Kopassus itu.
“Hati rakyat Indonesia pasti akan bersedih jika kelak ada presiden hobinya kok menculik,” kata seniman yang sering ikut dalam episode komedi politik di salah satu stasiun televisi itu. Tidak sulit ditebak. Narasi ini jelas ditujukan ke Pak Prabowo.
Tidak ada informasi apakah puisi yang berisi sindiran ini diketahui lebih dulu oleh orang-orang PDI-P sebagai penyelenggara BBK. Tak jelas pula apakah Butet diminta membuat puisi seperti itu atau sepenuhnya diserahkan kepada dia.
Kemungkinan besar Butet berinisiatif sendiri. Jarang seniman bisa diarah-arahkan, apalagi untuk memihak dalam kontestasi politik.
Katakanlah puisi “Anies Nyolong” ini adalah prakarsa Butet sendiri. Ini menunjukkan seorang seniman yang biasanya independen dalam hal politik, pun ikut panik melihat dukungan penuh rakyat terhadap Anies.
Lantas, apakah seniman harus netral? Harus, kalau dia tidak terjun langsung ke politik praktis. Kalau seniman yang kemudian menjadi politisi di salah satu parpol, seperti Ahmad Dhani dan lain-lain, tentu saja dia tidak perlu netral lagi.
Bagaimana dengan Butet Kertaredjasa? Beliau ini kelihatannya pendukung Ganjar Pranowo. Mungkin juga sekaligus sebagai simpatisan PDI-P.
Tapi, dia bukan politisi. Butet sebagai seniman dan aktor televisi tidak layak lagi memerankan diri sebagai figur publik yang tidak partisan. Dengan tampil secara vulgar menyindir Anies, maka Butet resmi mendaklarasikan diri sebagai relawan Ganjar.
Tentu ini tidak masalah. Silakan saja dia berperan sebagai relawan Ganjar. Mengkampanyekan Ganjar, mempromosikan Ganjar, dst.
Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa seniman terkenal pun ikut panik melihat gerak maju Anies Baswedan.
*Jurnalis Senior Freedom News