Oleh : Asyari Usman*
Saya bukan pakar kendaraan listrik ya, Mas Gibran. Tapi, karena Anda bilang Tom Lembong –yang tidak saya kenal itu— melakukan kebohongan publik, saya terdorong menulis komentar ini.
Nah, siapa-siapa saja sumber saya? Tidak hebat-hebat bangat. Cuma nyari di internet, lihat media-media online dalam bahasa Inggris. Mumpung bisa bahasa Inggris dikit-dikit.
Media online “Electrek” edisi 22 April 2022, menurunkan tulisan “Tesla Is Already Using Cobalt-Free LFP Batteries In Half of Its New Cars Produced”. Saya yakin mas Gibran –yang sejak beberapa hari ini dinobatkan oleh LBP sebagai “Si Boy” era 1990an— mengerti judul berita ini.
Kalau agak ragu, saya terjemahkan sebisanya: “Tesla Sudah Menggunakan Baterai LFP Bebas Kobalt Di Lebih Dari Separuh Mobil Baru Yang Diproduksi”.
Kapan ini terjadi? Menurut artikel ini, produksi mobil listrik dengan LFP itu mereka bikin dari Januari sampai April 2022. Boss Tesla, Elon Musk, mengatakan Tesla berencana akan lebih banyak menggunakan LFP karena dia khawatir melihat suplai nikel dan kobalt.
Baterai LFP, yang tidak menggunakan nikel dan kobalt, diakui lebih murah dan lebih aman. Tetapi tenaganya kurang kuat dan jarak tempuh pun 30% lebih pendek. Ini kelemahan LFP.
Terus, benarkah Tesla dan China meninggalkan nikel? Mari kita lihat laporan media online lainnya,
Recurrent Auto edisi 15 Juni 2023 menurunkan artikel yang ditulis oleh Lis Najman –seorang periset. Dalam tulisan “LFP Battery In Your Next EV? Tesla And Others Say Yes” (Lebih-kurang terjemahannya: “Baterai LFP Di Kendaraan Listrik Anda Berikutnya? Tesla Dan Yang Lainnya Bilang Iya), disebutkan bahwa LFP sudah menjadi berita besar sejak Oktober 2021. Ketika itu Tesla mengumumkan peralihan ke LFP. Perubahan itu dimulai di China dan masuk ke Amerika Serikat pada 2022.
Seperti disebut terdahulu, bahan baku LFP mudah didapat dan murah. Selain itu, untuk jangka panjang, jenis ini merupakan opsi yang sejalan dengan etika dan juga keberlanjutan bisnis.
Mas Gibran, benar kata Tom Lembong bahwa pabrik-pabrik mobil listrik besar di dunia sudah sejak beberapa tahun ini berusaha meninggalkan nikel sebagai komponen baterai.
Bagaimana dengan harga nikel yang dikatakan Pak Tom turun banyak? Ini fakta. Bukan karangan. Pasar nikel internasional surplus cukup signifikan. Menurut International Nickel Study Group (INSG), pada 2022 suplai nikel melonjak dari defisit menjadi surplus 112,000 ton.
Surplus ini, tulis kantor berita Reuters pada 27 Februari 2023, adalah karena produksi nikel Indonesia naik 48% dari tahun 2021 menjadi 1.58 juta ton pada 2022. Dari angka ini, Indonesia langsung menjadi pemasok nikel terbesar di dunia.
Baguskah ini? Silakan tanya ke para pakar ekonomi dan industri mobil listrik. Yang jelas, harga nikel yang semula berada pada tingkat UDS25,000 per ton sekarang di seputar USD16,500 per ton.
Tom Lembong mengatakan nikel tidak perlu terlalu dibanggakan. Yang dikatakan oleh mantan menteri perdagangan dan mantan Ketua BKPM Jokowi ini tidak berlebihan. Nikel memang akan menjadi primadona untuk jangka pendek. Tetapi, penggunaan LFP dan kemungkinan pengembangan bahan-bahan lainnya yang lebih aman dan lebih ramah lingkungan bisa membuat nikel terpinggirkan.
Jadi, pembohongan publik oleh Tom Lembong seperti dikatakan Gibran, tidak benar. Cawapres 02 ini yang asal bunyi alias asbun. Anda perlu mendapatkan update yang akurat dari tim. Supaya tidak memalukan.
Kalau mau update, janganlah pakai kabel-kabel yang bisa terlihat kasat mata. Terus, ada pula benda-benda “alien” di sana-sini.
Tapi, enggak apa-apa kalau mau pakai itu semua. Ada kok LBP yang bilang panjenengan itu punya otak premium. Kurang tau apa maksudnya. Setahu saya, premium sudah dihapus. Gantinya pertalite. Kalau mau, lebih bagus otak diesel saja. Cuma, warnanya hitam pekat.
*Jurnalis Senior Freedom News