Oleh: Asyari Usman*
Kemarin-kemarin para pengamat politik yakin Anies Baswedan akan kembali menjadi gubernur Jakarta. Elektabilitasnya tak bisa dikejar oleh figur-figur lainnya. Dan dia menjadi rebutan parpol.
Sekarang semua dibuat terperangah. Anies tidak bakalan bisa ikut. Jokowi diduga menyiapkan skenario yang membuat Anies tidak bisa dicalonkan.
Skenario itu disebut KIM-Plus. KIM adalah Koalisi Indonesia Maju yang tempohari mengusung Prabowo-Gibran. KIM Plus ditambah sejumlah parpol dari Koalisi Perubahan. Mereka akan mencalonkan Ridwan Kamil (RK) bersama Kaesang Pangarep —anak Presiden Jokowi.
Kalau KIM-Plus pilgub Jakarta berjalan mulus, maka pasangan RK-Kaesang sangat mungkin berhadapan dengan ‘Kotak Kosong’. Alias tidak ada paslon (pasangan calon) lain.
Inilah yang terindikasi sedang dikerjakan oleh Jokowi. KIM yang menjadi kendaraan Prabowo-Gibran terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat. Sedangkan KIM Plus direncakan akan melibatkan semua partai kecuali PDIP.
Jadi, parpol-parpol Koalisi Perubahan, yaitu PKS, Nasdem, PKB, yang mendukung Anies di pilpres 2024, akan ditarik ke KIM Plus. Praktis Anies tidak punya pengusung untuk Pilgub Jakarta. PDIP sendirian tidak bisa mengusung Anies.
Bagaimanan mungkin Jokowi bisa menarik ketiga partai Koalisi Perubahan itu masuk ke KIM Plus? Ada dua cara: menggunakan instrumen hukum atau iming-iming yang sangat sulit ditolak oleh para pemimpin parpol-parpol itu.
Instrumen hukum digunakan untuk menekuk para politisi Perubahan yang punya masalah masa lalu. Sedangkan iming-iming atau hadiah akan digunakan untuk menggoda para politisi Perubahan yang tidak tersangkut kasus hukum. Dalam banyak kasus, para politisi pendukung Perubahan dijanjikan dua hal sekaligus yaitu tidak kena kejaran hukum dan sekaligus hadiah.
Kemudian, apa arti manuver pembentukan Koalisi KIM Plus? Ada beberapa hal yang bisa dipahami.
Pertama, Jokowi sangat cemas melihat kemungkinan Anies menjadi gubernur Jakarta dan kemudian ikut lagi pilpres 2029. Pilpres yang akan datang diperkirakan akan lebih mudah bagi Anies untuk memenanginya. Dengan asumsi bahwa pengaruh Jokowi semakin pudar dan Prabowo cenderung ingin melihat pilpres yang tidak dicurangi. Inilah yang membuat Jokowi bertekad menjegal Anies sejak sekarang.
Kedua, demokrasi pun kini menjadi lahan korupsi dan manipulasi. Dalam arti, korupsi tidak hanya melibatkan manipulasi uang atau aset negara melainkan mulai menggerogoti konsep kedaulatan rakyat.
Ketiga, manuver KIM Plus itu menunjukkan bahwa perjuangan untuk menegakkan keadilan di negara ini tidak bisa lagi menggunakan cara-cara konvensional yang mengedepankan kesantunan, kelemahlemhutan, non-kekerasan, metode saintifik, intelektualitas, dan prinsip-prinsip mulia lainnya. Sebab, yang dihadapi dalam kontestasi demokrasi hari ini adalah manusia-manusia bangsat, culas, penipu dan pagan.
Tanpa perubahan strategi di kubu Perubahan, maka kecil kemungkinan Anies Baswedan akan ikut pilgub Jakata atau menang dalam pilgub itu sekiranya bisa juga ikut.
Jurnalis Senior Freedom News*