Oleh: Asyari Usman*
Dr M Said Didu (MSD) diserang habis oleh akun-akun bodong atau asli di X (Twitter). Pasalnya, Pak Said menuliskan analisis tentang Fufufafa yang langsung tancap gas pada hari kerja pertama (21 Oktober).
Menurut Pak Said, tim pencitraan Jokowi yang dibiayai oligarki sekarang gerak cepat untuk Fufufafa. Terutama tim medianya. Indikasi itu terlihat dari pemberitaan yang masif mengenai Fufafa yang menerima kunjungan beberapa pejabat tinggi asing di Istana Wakil Presiden.
Menurut MSD, operasi tim media Jokowi itu bukan kebetulan. Tapi sudah disiapkan dengan rapi. Fufufafa tidak seperti wapres-wapres “ban serep” terdahulu.
Analisis MSD ini diserang ramai-ramai. Serangan dahsyat terhadap Pak Said itulah yang perlu dicermati. Sebab, serangan ini sifatnya “concerted effort” alias “aksi terencana” atau “aksi terpadu”. Ada semacam “central command” (komando pusat) yang mengendalikan serangan kepada MSD.
Saya sepakat dengan MSD bahwa Jokowi masih kuat. Pengaruhnya sangat besar terhadap gerak langkah Prabowo. Yang paling tahu skala kekuatan politik Jokowi itu adalah Prabowo sendiri. Dialah yang berhadapan langsung dengan keinginan dan pesan-pesan Jokowi.
Dari bahasa tubuh Prabowo menjelang pelantikan, pada hari pelantikan hingga perjalanan Jokowi pulang ke Solo, kelihatan jelas bahwa Jokowi masih berada di singgasana kekuasaan. Misalnya, Prabowo datang ke Solo menjumpai Jokowi. Tidak jelas apa yang dibicarakan. Yang menjadi pertanyaan: seurgen apa masalah yang dibahas sehingga Prabowo harus datang ke Solo menghadap Jokowi?
Lihat juga perjalanan pulang Jokowi ke Solo. Semula disebut akan menggunakan penerbangan komersial. Ternyata tidak. Alternatifnya malah berlebihan.
Jokowi dan keluarga besar diantar dengan pesawat VIP TNI-AU. Pesawat ini dikawal pula oleh delapan pesawat tempur yang membentuk formasi terbang seremonial VVIP. Di dalam pesawat, Jokowi dikawal langsung oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
Spektakuler. Mantan presiden Amerika saja tidak akan diperlakukan seperti Jokowi.
Kalau bicara biaya pengantaran pulang kolosal ini tentulah sangat mahal. Dan tidak perlu. Sangat berlebihan untuk mantan presiden yang karya terbesarnya adalah merusak semua lini kehidupan, termasuk kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tak boleh dilupakan siapa yang menyambut Jokowi di Solo. Luar biasa. Luhu Panjaitan dan Dato Tahir “Brimob” menunggu di tangga pesawat. Ada juga Pj Gubernur Jawa Tengah —seorang polisi berbintang dua.
Pengantaran mewah ini dikatakan atas perintah Presiden Prabowo. Bisa jadi. Tapi, bukankah ini menunjukkan bahwa Prabowo sudah paham apa yang harus dia lakukan kalau mau terus didukung oleh Jokowi?
Contoh-contoh inilah yang membuat banyak orang khawatir. Apakah benar Jokowi masih sangat kuat? Apakah benar Jokowi seolah memiliki mayoritas saham kekuasaan Presiden Prabowo?
Bagaimanapun juga, kita perlu menunggu “masa inkubasi” kekuasaan Prabowo. Setengah tahun atau setahun ke depan. Berprasangka sajalah dulu bahwa Pak Prabowo adalah ahli strategi. Mungkin saja beliau sudah menyiapkan cara dan batas waktu untuk memotong pengaruh Jokowi.
Hanya saja, jika dilihat aktivitas di Istana Wapres pada hari pertama ada kemungkinan Fufufafa akan lebih bersinar dari Presiden Prabowo.
*Jurnalis Senior Freedom News