Dompu [EDITOR I News] – Proses seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama, lingkup Pemkab Dompu, Nusa Tenggara Barat, yang saat ini tengah berlangsung disinyalir menyimpan banyak persoalan, aroma dugaan kecurangan mulai kelihatan. Pegiat anti korupsi, Jujur Prakoso bahkan mengancam akan melaporkannya ke polisi.
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, ia mengungkapkan ada beberapa masalah serius seputar seleksi. Seperti contoh, tes kompetensi untuk calon kepala dinas Peternakan kelihatan sekali dugaan diatur, dimana hanya satu orang yang memenuhi syarat. Demikian juga untuk jabatan Sekwan, peserta dengan rekam jejak karir yang pendek dan tidak punya pengalaman mumpuni memiliki nilai asesmen tertinggi.
“Ini sangat aneh sekali, kami wajib melaporkannya dan sejumlah elemen juga akan melaporkan ke Polisi. Dan perlu diingat, dokumen asesmen yang asli harus dibuka,” desak mantan aktifis gerakan mahasiswa Dompu, Senin (25/9).
Ia pun menyoroti, selama ini proses seleksi calon pejabat eselon dua tersebut tidak ada keterbukaan dari panitia, padahal publik harus mengetahuinya secara menyeluruh.
Masalah lain yang diungkapkannya, penggantian operator administrasi tiba-tiba diganti dari Kabid pengembangan BKD Dompu Fadillah kepada sekretaris BKD Asraruddin. Kongkalikong ini untuk memuluskan dugaan kuat niat jahat selama proses.
Kemudian, panitia seleksi yang bermasalah di Kota Bima masih saja dipakai di Dompu. Anehnya lagi, selama ini hanya orang ini saja yang dipakai. “Masa tidak ada orang lain di Unram?,” tanya dia heran.
“Karena sangat prinsip, maka DPRD Dompu harus segera adakan RDPU. Komisi 1 harus bersuara lantang soal seleksi JPT, karena menyangkut masa depan daerah,” desak Jujur lagi.
Selain itu lanjut Jujur, diduga kuat seleksi para pejabat beraroma memuluskan teman seangkatan SMA Bupati. Dugaan kolusi dan nepotisme sangat kental didalamnya, tambah dia lagi.
Terakhir, untuk Sekda yang juga ketua panitia seleksi, dia menyarankan tidak boleh memberikan nilai kepada salah satu peserta di Dinas Peternakan karena ada hubungan keluarga yang sangat dekat. “Sekda punya ipar disitu. Etikanya dia tidak boleh memberikan nilai, hal ini sudah pernah dicontohkan oleh ketua pansel sebelum era sekarang,” pungkas Jujur.