Oleh : Asyari Usman*
Alhamdulillah, rangkaian acara uji publik Anies-Imin (Amin) di berbagai kampus, kemudian Desak Anies yang juga berlangsung di kampus, sukses luar biasa. Model dialog tatap muka seperti ini mampu meyakinkan kalangan akademisi dan mahasiswa tentang kemampuan (kapabilitas) dan bobot kemampuan itu (kapasitas).
Kedua model dialog terbuka yang melibakan lapisan terdidik (educated) ini menjadi arena meng-“grilling” (memanggang) Anies. Di pentas uji publik yang panelisnya adalah para dosen senior dari berbagai disiplin ilmu, Anies dicecar dengan pertanyaan berat tentang ekonomi, hukum, korupsi, ketimpangan, lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
Capres 01 ini memperlihatkan kualitas personal dan penguasaan masalah rakyat. Di semua arena hingga beberapa hari lalu, para akademisi dan mahasiswa yang hadir dan mendengarkan jawaban Anies atas pertanyaan-pertanyaan tajam memperlihatkan kepuasan mereka.
Tak lupa ada satu dialog penting dengan Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) belum lama berselang. Ini malah medan yang sangat berat. Sebab, yang mendengarkan uraian Anies adalah para pelaku bisnis dari seluruh Indonesia dan dari berbagai sektor.
Yang hadir adalah “heavy weight” (kelas berat) semua. Mereka adalah para CEO dan owner bisnis. Hadir pula sejumlah mantan menteri bidang ekonomi. Ada Gita Wirawan, Mari Elka Pangestu, Tom Lembong, plus konglomerat Sofyan Wanandi.
Dialog dengan Apindo ini tidak main-main. Ada yang menanyakan kebijakan Anies untuk fiskal, investasi, IKN, perpajakan, sektor informal dan sebagainya, kelak kalau dia menjadi presiden. Semua dijawab Anies dengan lancar, akurat, dan artikulat.
Singkat kata, uji publik ini berhasil dilewati Anies dengan mulus. Tidak ada keraguan tentang kepresidenan Anies nantinya untuk urusan perekonomian. Tersirat di wajah para pemuka bisnis itu bahwa mereka seolah memberikan nilai “summa cum laude”.
Begitu juga di berbagai episode Desak Anies sejauh ini. Para mahasiswa yang hadir dan langsung “memanggang” Anies juga memperlihatkan tingkat kepuasan yang tinggi.
Kelihatannya, Anies masih akan terus menggelar dialog interaktif dengan kalangan intelektual baik itu segmen profesional maupun mahasiwa. Segmen ini sangat penting untuk memperkuat basis elektroal Anies. Sebab, mereka semua akan memberikan masukan kepada keluarga, kalangan intelektual lainnya dan masyarakat pada umumnya tentang kualitas Anies dan juga Gus Imin.
Sekarang, Anies dan Gus Imin sudah saatnya menjumpai langsung lapisan masyarakat marginal alias orang kecil yang terpinggirkan. Mereka itu bermukim di muara-muara sungai, di pedalaman, di perkebunan, dan yang berada di kawasan minus di perkotaan. Termasuklah para abang becak, pengemudi angkutan online, pedagang asongan, pekerja harian, dan sebagainya.
Anies dan Imin perlu menyapa mereka. Perlu menjelaskan bahwa kelompok marginal justru segmen yang akan diprioritaskan pemerintah perubahan (the government of change). Karena itu, jadwal kampanye Amin 01 hendaknya dialokasikan untuk kelompok-kelompok marginal.
Memanglah tepat pendekatan awal kepada lapisan intelektual dan profesional. Karena mereka jeli melihat situasi sosial-politik. Dan mereka bisa membantu orang-orang yang tidak peduli dengan politik karena kondisi hidup mereka. Jelaskan kepada mereka tentang kapabilitas, kapasitas, dan integritas Anies Baswedan.
Kalau pun tidak memungkinan untuk mendatangi semua kantung marginal karena keterbatasan waktu, setidaknya 5-6 lokasi sudah cukup untuk memberikan dorongan semangat perubahan kepada mereka. Agar penderitaan rakyat di bawah rezim Jokowi ini tidak dilanjutkan oleh capres boneka yang dia siapkan.
*Jurnalis Senior Freedom News