Cari berita aktual di sini
23 Nov 2024

Cerita Petugas KPPS Tentang Kecurangan Pilpres Bermodus C-6

by
1 min read
📷 Sejumlah kelebihan surat suara dan surat suara rusak dibakar saat pemusnahan di Gudang Logistik KPU Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 13/02/2024. (BBC News Indonesia).

Oleh : Asyari Usman*

 

 

Malam tadi, sehabis sholat ‘isya, saya bincang-bincang dengan seorang petugas KPPS (Kelompok Pennyelenggara Pemungutan Suara) di satu kelurahan di Medan. Tapi, maaf, tidak bisa saya sebutkan nama kelurahan dan nama petugas KPPS dimaskud.

Intinya, pencurangan pilpres 2024 harus diakui sangat TSM (terstruktur, sistematis dan masif). Segala cara dilakukan. Termasuk menggunakan C-6 (undangan pencoblosan) yang sengaja tidak disampaikan kepada pemilih maupun C-6 yang masih saja dikirimkan kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia.

Pertama, si petugas menjelaskan tentang C-6 seseorang yang digunakan oleh orang lain pada pagi hari di hari pemungutan suara. Ini ketahuan ketika si pemilik asli C-6 itu, seorang wanita, kemudian datang dengan menunjukkan KTP. Dia menggunakan KTP karena tidak pernah menerima C-6.

Oleh petugas KPPS, Ibu itu tidak diperbolehkan mencoblos karena C-6 dia telah digunakan oleh seseorang yang diduga orang bayaran. Hebatnya, kepala lingkungan (semacam ketua RT/RW) tempat Ibu tersebut bermukim mengarahkan wanita itu untuk mencoblos di TPS lain. Dan bisa.

Baca Juga  Bagi PKS NTB sistem Pemilu gak ngaruh, "Kami akan sukses di Pileg 2024"

Si petugas mengatakan bahwa modus C-6 itu dilakukan di mana-mana. Karena memang efektif dan mudah. Kelihatannya modus C-6 ini dijadikan cara mencoblos ilegal di seluruh Indonesia.

Yang kedua, si petugas KPPS bercerita tentang segerombolan anak muda, sekitar 25 orang, yang sejak pagi berkumpul di depan TPS. Anak-anak muda itu sudah mencoblos di satu TPS lain setelah mereka mencoblos di TPS sendiri.

Saya sendiri melihat anak-anak muda itu. Sangat mencurigakan. Dan benar. Mereka adalah “pencoblos bayaran” yang berpindah dari satu TPS ke TPS lain. Mereka menggunakan C-6 orang lain. Cara ini paling enak. Karena C-6 tidak dicocokkan dengan KTP.

Petugas KPPS mengatakan, seorang diantara anak muda itu keceplosan bahwa “Saya dikasih seratus ribu, Bang, untuk nyoblos Prabowo.”

Yang ketiga, petugas KPPS menceritakan tentang kerja keras aparat kelurahan untuk Prabowo. Mereka mendatangi warga, mengarahkan mereka sambil kasih hadiah atau intimidasi. Warga difasilitasi untuk mencoblos Prabowo.

Sebagai penutup, ada cerita seorang pemuda. Dia mengatakan, lurah setempat meminta dia mencoblos paslon 02 dua kali dengan janji duit. Si Pemuda menolak dengan santun. Dia selama ini tidak pernah menunjukkan pilihannya paslon 01.

Baca Juga  Kok Bisa Se-Indonesia Takut Sama Inisial T

Si lurah menyangka dia anak muda yang suka Gibran. Begitulah kelakuan si lurah. Tampaknya hampir semua lurah dan kepala desa dibebankan untuk memenangkan si anak.

Terakhir, ada satu cerita lagi. Juga tentang C-6, menyambung kisah di atas tadi. Seorang relawan mengatakan dia dan teman-temannya berhasil menangkap seorang petinggi pemko yang menggunakan C-6 dan kemudian datang ke TPS lain dengan menunjukkan KTP. Kebetulan ada yang melihat wajah si petinggi pemko itu. Maklum karena dia pejabat, banyak yang kenal.

Pagi tadi, si relawan bilang si petinggi tak bisa tidur. Dia tahu konsekuensinnya. Laporannya sudah sampai ke Timnas.

Cerita-cerita di atas menunjukkan dukungan kekuasaan yang TSM kepada Prabowo. Orang tahulah bahwa semua ini demi Putra Mahkota.

Harus diakui bahwa logistik mereka tidak tanggung-tanggung. Bansos dan cuan tersedia banyak plus berbagai perangkat lain.

 

*Jurnalis Senior Freedom News

 

 

Latest from Blog

Don't Miss

Gibran Hebat, Fokus Bangun Popularitas Untuk Pilpres 2029

Oleh: Asyari Usman*     Suka atau tidak, Gibran memang hebat dalam

Akhirnya Jadi Juga, Anies Akan Dirikan Parpol

Oleh: Asyari Usman*     Sore tadi, di Jakarta, Anies Baswedan menyatakan