Oleh: Asyari Usman*
Gerombolan buzzeRp saat ini sedang sibuk menyebarluaskan materi tulisan dan konten video yang berisi sanjungan tentang keberhasilan Presiden Jokowi. Proyek ini sangat masif. Melibatkan semua kementerian dan pemerintahan daerah.
Mereka melakukan operasi pencitraan skala besar. Dilakukan sejak seminggu terakhir hingga 20 Oktober, pada hari Jokowi selesai masa jabatannya.
Di semua platform medsos saat ini beredar tagar Terima Kasih Jokowi. Berbagai video pun diunggah di mana-mana. Macam-macam narasi tentang kehebatan Jokowi. Tentang kepemimpinan dia yang dikatakan inspiratif, selalu tenang, dan diam meskipun dihina dan difitnah.
Pokoknya, menurut kampanye pemolesan ini, Jokowi adalah presiden yang terhebat. Dia meninggalkan warisan pembangunan yang luar biasa dansyat.
Belum pernah presiden-presiden terdahulu melakukan ini. Apalagi dalam skala seperti yang sedang dilakukan.
Mengapa Jokowi merasa perlu melakukan pemolesan pada akhir masa jabatannya? Sederhana saja jawabannya: bahwa itu menandakan pekerjaan yang dilakukan Jokowi selama 10 tahun ini tidak diyakini oleh dia sendiri sebagai hasil kerja yang baik.
Kalau prestasi Jokowi bagus, pastilah dengan sendirinya akan diakui publik. Tidak perlu ada operasi pemolesan. Tidak perlu ada kampanye besar-besaran untuk mengatakan kepada rakyat bahwa hasil karya Jokowi hebat.
Kalau kerja dia bagus, tidak perlu ada orkestrasi dan rekayasa informasi yang muluk-muluk. Biarkan rakyat yang menyimpulkan. Yang baik pasti dikatakan baik. Yang hebat pasti tidak bisa dibantah.
Tetapi kenyataannya hasil kerja Jokowi hanya sebagian kecil saja yang berdampak positif bagi rakyat. Diantaranya adalah bansos menjelang pemilu. Lempar-lempar kaus oblong (T-shirt), dan bantuan-bantuan alat pertanian yang kemudian ditarik kembali setelah dilakukan foto-foto penyerahan.
Yang lainnya apa? Apa yang bisa diandalkan? Utang negara menggunung setinggi 8,500 triliun. Impor beras, daging, kedelai, bahkan buah-buahan pun tak bisa diatasi.
Paling-paling hasil kerja Jokowi yang pantas dibanggakan termasuk membangun jalan tol dan kereta api cepat. Sayangnya kedua sarana ini tak berguna bagi rakyat jelata.
Karena banyak hasil kerja yang tidak bermanfaat itulah maka Jokowi perlu bantuan operasi pemolesan. Tujuannya adalah agar publik terkecoh dan mengakui kehebatan Jokowi. Jika apa-apa yang dikerjakan Jokowi dirasakan berguna tidak mungkinlah rakyat tutup mata.
Kalau bicara soal legacy (warisan), bisa dipastikan yang akan dikenang rakyat adalah kesewenangan Jokowi. Tindakan dia yang suka-suka, pelanggaran konstitusi, penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) dan hal-hal buruk lainnya. Tak cukup halaman tulisan ini untuk merinci kesewenangan Jokowi.
Cukuplah kita katakan seperti ini: Halo Jokowi, kalau kerja Anda bagus tidak perlu pemolesan.
*Jurnalis Senior Freedom News